-->

Tuesday, January 14, 2014

Monumen Ketenangan Jiwa (Japan Peace Of Soul Monument)

Hari ini kebetulan pas hari libur nasional saya bersama Mas Agus Nugroho salah satu penggiat sejarah & reenactment kota Semarang memutuskan untuk mengunjungi Monumen Ketenangan jiwa, sebagai salah satu kegiatan mengenal sejarah di kota Semarang. Kebetulan kami berdua kurang tahu letak pastinya monumen tersebut walaupun sebenarnya letaknya tidak terlalu jauh dari rumah saya.

Dengan bermodalkan informasi minim dari internet kami mulai mencari lokasi tersebut, seperti diperkirakan semula, lokasi monumen itu jauh dari keramaian dan memang terpencil di pinggir muara sungai Banjir Kanal Barat yang berhadapan dengan laut Jawa, lokasi untuk menjangkaunya adalah lewat arteri Yos Sudarso, tepatnya di lampu merah ke 3 setelah lampu merah bundaran Kalibanteng, disitu ada gerbang yg dulunya ex lokasi wisata Pantai Tanjung Emas Semarang, untuk masuk kesitu kita harus membayar restribusi sebesar 3 ribu rupiah per orang, jangan harap jalan menuju monumen tersebut mulus beraspal, karena kita harus siap2 ber off road ria karena jalanan dari tanah dan di beberapa titik berlumpur dalam sehingga motor pun berkali2 masuk kubangan lumpur, apalagi ini lagi musim hujan sehingga lumpur pun masih basah2nya, disini kesabaran kita diuji jangan sampai sebelum mencapai monumen ketenangan jiwa kita sudah emosi jiwa duluan.



Sekitar 500 meter dari gerbang depan dan lewat jalan berliku ahirnya kita sampai ke lokasi yang dituju, sebuah monumen sederhana terbuat dari batu terletak di pinggir sungai Banjir Kanal Barat yang berbatasan dengan laut Jawa, di sisi lain terdapat prasasti yang berisi tandatangan walikota Semarang Bp Sutrisno Suharto yang meresmikannya pada tahun 1998, di kedua sisi monumen batu tersebut terukir prasasti yang kebanyakan bertulisan kanji, di salah satu sisi ada tulisan berbahasa Indonesia yang menyatakan pembangunan monumen ini bertujuan untuk mengingat para serdadu Jepang yang terbunuh ketika Pertempuran 5 hari di Semarang, terutama sekitar 150 Orang yang terbunuh di penjara Bulu, memang miris melihat tulisan disitu yang intinya menggambarkan tentara2 itu yang sudah berniat pulang ke Jepang karena Jepang telah kalah akhirnya tidak bisa melaksanakan niatnya karena terbunuh di penjara, maka dibangunlah monumen ini yang menghadap ke utara yang konon jika ditarik lurus maka akan mengarah ke Jepang, dengan tujuan para arwah tentara ini bisa tenang dan bisa kembali ke tanah kelahirannya di Jepang. selain itu konon dulu serdadu Jepang yang tewas tidak sempat dikuburkan sehingga mayat mayat mereka di buang ke sungai Banjir Kanal Barat dan hanyut menuju Laut Jawa, Monumen ini sendiri dibangun dengan biaya pemerintah Jepang dan untuk waktu waktu tertentu perwakilan pemerintah jepang dan para veteran perang Jepang datang dan upacara untuk mendoakan pendahulu/keluarga/rekan mereka yang ikut tewas saat itu.

Walaupun terkesan "memihak" dan seolah2 pihak Jepang disaat pertempuran terjadi sebagai pihak yang lemah, monumen ini bisa menjadi media pembelajaran jika perang itu memang kejam dan tidak peduli siapapun bisa menderita karenanya, sehingga diharapkan kedepannya perdamaian bisa terpelihara diantara umat manusia. Dengar2 pihak kementerian PU memang sudah mempunyai rencana membuat lokasi yang dilalui sungai Banjir Kanal Barat menjadi lokasi yang asri dan cocok untuk berwisata menyusuri sungai dan semoga segera terlaksana pemerintah bisa membuat akses yang baik menuju lokasi ini dan mengembangkan lokasi ini menjadi tempat wisata yang ramai lagi seperti dahulu. karena tidak banyak orang yang tahu tentang monumen ini.

 


Baca selengkapnya!